Riza yusworo ♕Everthing Happens For a Reason♕ Riza yusworo

Rabu, 31 Oktober 2012

Musik Indonesia mau ke mana ?

Musik Indonesia mau ke mana?

Menurut pengamat musik Denny Sakrie, Indonesia saat ini memang menjadi pangsa pasar bagus bukan hanya untuk artis-artis Korea, tapi juga artis luar negeri lainnya.

Secara bisnis, saat ini ia pun mengakui gelombang K-Pop di Tanah Air sedang menjadi tren. Bahkan, ia menyatakan sah-sah saja, jika para promotor musik berbondong-bondong mendatangkan artis-artis Korea ke Indonesia. Hal ini memang mendatangkan keuntungan bisnis.

"Dari segi bisnis memang menggiurkan tapi kalau dari segi kultural, Indonesia mau ke mana, kenapa harus tendensi Korea. Korea kan hanya mengedepankan gaya Korea saja, orang Indonesia seperti nggak punya jati diri," katanya.

Diakui pula olehnya, Korea memang selalu sukses menggelar konsernya di Indonesia, tapi ia menyatakan ini hanya bagian dari tren. "Yang namanya tren bisa datang dan pergi. Kalau dari segi kultural buat Indonesia nggak ada untungnya. Tapi kalau dari segi bisnis, memang mendatangkan keuntungan besar saat ini," katanya.

Sama halnya dengan Denny Sakrie, pihak dari Artist Agency Indonesia, Ario Dewantoro menyatakan bahwa minat masyarakat terhadap K-Pop atau artis-artis pop Korea hanya musiman saja.

Saat ini memang, animo cukup bagus, ada komunitas fans boyband dan girlband, di Indonesia. Ia bahkan menyatakan, jumlah fans Korea di Indonesia bisa sampai 4 juta.

"Tapi boyband dan girlband nggak bisa long lasting seperti kayak band western seperti Bon Jovi, yang segala zaman bisa menikmati. Kalau girlband atau boyband artisnya tua, yasudah nggak bisa ngetop lagi. Setahun atau 2 tahun lagi nggak meledak," ujar Ario.

Ia pun menyatakan sesungguhnya, Artis Agency hanya sebagai perpanjangan tangan saja di Indonesia. Saat dimintai tolong untuk carikan promotor yang ingin mengundang artis Korea atau Amerika dan lainnya main di Indonesia, mereka akan membantu mencarikan promotornya.

Baginya, bekerjasama dengan pihak Korea pun harus hati-hati meski memang keuntungaannya saat ini sangat menjanjikan. "Tapi kita harus pintar, kita harus bener-bener jeli. Melihat situasi keadaan, ketika melakukan deal dengan pihak mereka," katanya.

MoU harus dibaca berkali-kali, lanjutnya. Berbeda dengan pihak Eropa atau Barat yang memiliki tingkat profesionalisme yang sudah teruji.

"Kalau Korea misalnya agreement A, tapi yang dipakai B, seperti kita mau untung tapi buntung. Seolah-olah mereka merasa karena demam Korea dimana-mana, mereka jadi tinggi hati. Saking tinggi hatinya dalam menuliskan agreement mereka wanprestasi sendiri, tapi mengkambing hitamkan kita," ujarnya.

Ia pun berharap, ke depannya, pihak promotor maupun manajemen pihak Korea bisa sama-sama berkerjasama secara profesional. "Kalau ingin ingin tetap eksis, jangan karena aji mumpung, ya mereka bisa profesional. Contoh dari artist management di Amerika, Eropa, Australia, yang benar-benar profesional," ucapnya.

BY :http://life.viva.co.id/news/read/362868-invasi-k-pop-ke-indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Musik Indonesia mau ke mana ?

Musik Indonesia mau ke mana?

Menurut pengamat musik Denny Sakrie, Indonesia saat ini memang menjadi pangsa pasar bagus bukan hanya untuk artis-artis Korea, tapi juga artis luar negeri lainnya.

Secara bisnis, saat ini ia pun mengakui gelombang K-Pop di Tanah Air sedang menjadi tren. Bahkan, ia menyatakan sah-sah saja, jika para promotor musik berbondong-bondong mendatangkan artis-artis Korea ke Indonesia. Hal ini memang mendatangkan keuntungan bisnis.

"Dari segi bisnis memang menggiurkan tapi kalau dari segi kultural, Indonesia mau ke mana, kenapa harus tendensi Korea. Korea kan hanya mengedepankan gaya Korea saja, orang Indonesia seperti nggak punya jati diri," katanya.

Diakui pula olehnya, Korea memang selalu sukses menggelar konsernya di Indonesia, tapi ia menyatakan ini hanya bagian dari tren. "Yang namanya tren bisa datang dan pergi. Kalau dari segi kultural buat Indonesia nggak ada untungnya. Tapi kalau dari segi bisnis, memang mendatangkan keuntungan besar saat ini," katanya.

Sama halnya dengan Denny Sakrie, pihak dari Artist Agency Indonesia, Ario Dewantoro menyatakan bahwa minat masyarakat terhadap K-Pop atau artis-artis pop Korea hanya musiman saja.

Saat ini memang, animo cukup bagus, ada komunitas fans boyband dan girlband, di Indonesia. Ia bahkan menyatakan, jumlah fans Korea di Indonesia bisa sampai 4 juta.

"Tapi boyband dan girlband nggak bisa long lasting seperti kayak band western seperti Bon Jovi, yang segala zaman bisa menikmati. Kalau girlband atau boyband artisnya tua, yasudah nggak bisa ngetop lagi. Setahun atau 2 tahun lagi nggak meledak," ujar Ario.

Ia pun menyatakan sesungguhnya, Artis Agency hanya sebagai perpanjangan tangan saja di Indonesia. Saat dimintai tolong untuk carikan promotor yang ingin mengundang artis Korea atau Amerika dan lainnya main di Indonesia, mereka akan membantu mencarikan promotornya.

Baginya, bekerjasama dengan pihak Korea pun harus hati-hati meski memang keuntungaannya saat ini sangat menjanjikan. "Tapi kita harus pintar, kita harus bener-bener jeli. Melihat situasi keadaan, ketika melakukan deal dengan pihak mereka," katanya.

MoU harus dibaca berkali-kali, lanjutnya. Berbeda dengan pihak Eropa atau Barat yang memiliki tingkat profesionalisme yang sudah teruji.

"Kalau Korea misalnya agreement A, tapi yang dipakai B, seperti kita mau untung tapi buntung. Seolah-olah mereka merasa karena demam Korea dimana-mana, mereka jadi tinggi hati. Saking tinggi hatinya dalam menuliskan agreement mereka wanprestasi sendiri, tapi mengkambing hitamkan kita," ujarnya.

Ia pun berharap, ke depannya, pihak promotor maupun manajemen pihak Korea bisa sama-sama berkerjasama secara profesional. "Kalau ingin ingin tetap eksis, jangan karena aji mumpung, ya mereka bisa profesional. Contoh dari artist management di Amerika, Eropa, Australia, yang benar-benar profesional," ucapnya.

BY :http://life.viva.co.id/news/read/362868-invasi-k-pop-ke-indonesia